aku

aku

Sabtu, 28 Maret 2015

Oh.... Rekan Kerja

Menutup akhir pekan dengan perasaan yang menguras emosi jiwa, nangis, marah, kesel, sedih, jadi satu. Semua masih karena hal yang sama yaitu rekan kerja. Memang tidak semuanya tapi karena beberapa orang ini lah yang terlalu sering bikin emosi kalo lagi menghadapinya. Keliatan banget mancing emosinya, Sudah terlalu sering. Mungkin tanpa mereka sadari tapi kan bukan berarti hal itu jadi bahan keisengan yang bisa terus dilakukan. Dan entah mengapa terasa banget kalo skrng ini ga punya temen yang enak buat diajak ngomong apa aja kalo disana. Orang-orangnya terlalu individualisme dan manfaatin banget. Kalo lagi butuh aja nanya-nanya minta dibantu in. Coba kalo lagi ga butuh, dan kitanya yang butuh bantuan buat nemenin doang ga ada satu pun yang mau. Banyak banget alasannya. Oke baik lah, mulai senin nanti tanggal 29 Maret 2015 aku juga akan bersikap tidak perduli sama kalian. Ku akan jadi orang yang individualisme, tidak akan kalian temui lagi orang yang siap membantu kapan pun dibutuhkan. Akan banyak perubahan yang aku buat untuk diri sendiri di lingkungan kerja ini.

Ketidaknyamanan....

Entahlah.... Kenapa akhir-akhir ini sensitif bangeettt... Rasanya ingin menghilang dari lingkungan yang tidak nyaman ini terutama dari sebagian rekan kerja sekarang ini. Merindukan rekan kerja ditempat yang dulu, yang penuh kekeluargaan tulus tanpa kepura-puraan. Ditempat sekarang terlalu menguras emosi jiwa. Mungkin lama-lama bisa stres disini kalo tidak dikelola dengan baik perasaan ini. Mari lakukan perubahan untuk membuat nyaman diri sendiri agar tidak jadi stres dan gila beneran disini.
1. Kurangi kontak dengan mereka, bicara seperlunya
2. Duduk manis di meja!!!
3. BELAJAR. Daripada menhadapi orang- orang yang bisa bikin stress diri sendiri mendingan belajar utk persiapan UPKP
4. Segera ikut diklat biar nambah wawasan baru
5. Yakin Alloh selalu memberikan solusi yang terbaik bagi setiap permasalahan gamba Nya

Kamis, 19 Maret 2015

Ketika kesedihan itu datang menyapa....

Pelangi akan datang seiring dengan perginya hujan yang turun ke bumi ini, begitu juga kebahagiaan akan datang seiring perginya kesedihan yang menyapa...


Akhir-akhir ini sering merasa sedih. Sebenernya sangat menyadari apa yang menyebabkan kesedihan itu tapi rasanya kok sulit untuk menghilangkannya. Ini lebih dikarenakan konflik yang terjadi dengan kedua ortu terutama papa. Watak yang keras dari papa lah yang terkadang memunculkan kesedihan itu. Beliau terlalu ikut campur dengan urusan Rumah tangga ku, terutama dalam pengasuhan anak-anak. Dulu.... Waktu memutuskan menikah di usia dini sangat menyadari konsekuensinya harus jauh dari ortu akan tetapi nyatanya beliau tidak mau melepaskan anak perempuan satu-satunya ini untuk benar-benar menjalani kehidupan berumah tangga. Tampa meminta persetujuan dari aku dan Suami papa memaksa mama untuk ikut tinggal bersama kami di Jakarta dengan alasan nanti anak kami dikasih obat tidur lah kalo sama pembantu. 



Saat itu, ku pikir ini penyelesaian yang terbaik untuk pengasuhan anak-anak mengingat aku juga bekerja tapi ternyata setelah menjalaninya hingga saat ini (hampir 11 tahun) ku rasa ini bukan ide yang baik. Kami tidak bisa mendidik anak-anak kami sesuai dengan pola pikir kami. Terlalu banyak hal yang menjadi konflik terutama ketika anak sakit. Kepanikan kakek neneknya terutama sang nenek ketika cucunya sakit sering menjadi keributan dengan papa. Ketika keributan terjadi sering sekali papa marah-marah tampa alasan yang bener dan ketika ku coba membantahnya dengan alasan yang benar, beliau tidak akan menerimanya dan akan semakin marah. Sedih rasanya ketika beliau seperti itu dan lebih sering menyalahkan orang tampa pernah mau mengkoreksi diri sendiri. Hanya bisa berdoa semoga Alloh memberikannya kesadaran atas semua kekhilafannya karen sesungguhnya beliau terlalu sering menyakiti perasaan anak-anaknya.